Raja News - Cacing pita jenis Taeniasis sepanjang 2,86 meter ditemukan dari dalam tubuh seorang warga di Desa Negeri Dolok, Kecamatan Silau, Kabupaten Simalungun oleh Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU).Penemuan ini, disebut-sebut sebagai yang terpanjang di dunia, karena sebelumnya, cacing pita jenis serupa ditemukan hanya sepanjang 1,5 meter di Negara Bangladesh.
Ketua Tim Peneliti Fakultas Kedokteran UISU, dr Umar Zein usai seminar proposal penelitian epidemiologi dan Observasi yang berlangsung di Aula Gedung Fakultas Kedokteran UISU, di Jalan STM Medan, mengatakan penemuan ini bermula dari keluhan seorang pasien yang merasakan sakit pada bagian perutnya. Selanjutnya, karena merasa ada keanehan, lanjut Umar Zein, pihaknya kemudian melakukan pemeriksaan intensif dan mendatangi tempat tinggal pasien.
"Ternyata, tidak hanya seorang pasien saja. Tetapi ada puluhan orang yang juga mengeluhkan rasa sakit serupa. Totalnya ada 29 orang," ungkapnya kepada wartawan, Kamis (19/10/2017).
Dari pemeriksaan yang dilakukan tim, pada bulan September lalu, jelas Umar Zein, ternyata yang menjadi penyebab sakit di bagian perut warga itu ialah akibat tumbuh dan berkembangnya cacing pita di dalam usus hingga ke anus. Hal ini diketahui, setelah pasien diberi obat dan ditunggu selama 4 jam, lalu diambil fasesnya setelah BAB, untuk diperiksakan ke laboratorium.
Umar Zein menyebutkan, penyakit ini diketahui terjadi, dikarenakan kebiasaan warga setempat yang mengkonsumsi daging hewan babi tapi dalam kondisi tidak dimasak. Sehingga, embrio cacing pita yang terdapat pada daging tersebut, hidup dalam tubuh manusia yang mengkonsumsinya."Karenanya, penyakit ini harus menjadi atensi dan perhatian bersama dari semua pihak," jelasnya.
Namun yang menjadi masalah, tutur Umar Zein, obat untuk mengatasi penyakit tersebut keberadaannya sangat sulit ditemukan. Obat itu bernama Praziquantel yang harus diminumkan kepada penderitanya."Tapi obat jenis ini baru hanya ditemukan di Bangkok. Sehingga sangat wajar agar menjadi perhatian bersama," terangnya.
Sementara itu, Kepala Seksi P2PM Dinas Kesehatan Sumut, dr Yulia Mardiani menyebutkan, atas temuan ini pihaknya segera melaporkan penemuan itu kepada pimpinan. Selain itu ia juga mengaku, akan melakukan kordinasi guna membantu penyediaan obat-obatan bagi pasiennya."Tapi karena menyangkut penularan dari daging hewan, Dinas Kesehatan Sumut juga akan berkordinasi dengan Dinas Peternakan," ujarnya.
Senada, Kepala Seksi Surveilans dan Immunisasi Dinas Kesehatan Simalungun, Jan Ripelman Sipayung, mengaku atas kejadian itu pihaknya telah menggiatkan program penyuluhan pentingnya menjaga kebersihan. Tapi ia juga menghimbau sebelum mengkomsumsi daging sebaiknya dimasak terlebih dahulu guna menghindari penyakit tersebut.
"Kita juga akan melakukan kordinasi dengan Dinas Perternakan agar menghimbau pemilik ternak untuk menata kandang dan juga kebersihannya," tegasnya.
Dekan Fakultas Kedokteran UISU, Dr Abdul Harris Pane SpOG menambahkan, penemuan ini membuktikan keseriusan dari Fakultas Kedokteran UISU. Hal ini untuk membantu dan menjaga kesehatan masyarakat Sumatera Utara.
0 komentar:
Posting Komentar